9.9.12

Ekologi Tumbuhan

Ilmu vegetasi dan ekologi tumbuhan

Secara mudahnya vegetasi didefinisikan sebagai ‘sekelompok tumbuhan yang hadir atau berada secara bersama-sama’ atau ‘pertumbuhan tumbuhan secara massal’. Namun bagi para ahli di bidang ilmu vegetasi dan ekologi tumbuhan, definisi tersebut dianggap kurang memadai. Hal ini dikarenakan vegetasi tidak hanya menyangkut kehadiran atau pertumbuhan tumbuhan semata, tetapi banyak hal-hal teknis dan nomenklatur yang terkait. Hal teknis tersebut biasanya bersifat matematik yang terkait dengan perencanaan survai lapangan, pengumpulan data, dan analisis data.

Masalah teknis dalam mempelajari vegetasi merupakan hal yang sangat penting mengingat tujuan utamanya adalah mengungkap “misteri” dibalik hijaunya suatu vegetasi. Berbagai aspek teknis ini merupakan bagian dari ekologi tumbuhan kuantitatif yang merupakan cabang dari ekologi dan biogeografi. Ekologi tumbuhan kuantitatif berkaitan erat dengan disiplin ilmu yang mempelajari vegetasi secara lebih luas, yaitu ilmu vegetasi. Ilmu ini tidak hanya mempelajari deskripsi dan analisis vegetasi, tetapi juga mengenai biologi populasi, strategi spesies, ekologi produksi, dan dinamika vegetasi (proses suksesi tumbuhan dan perubahan vegetasi).

Meskipun dikatakan bahwa ekologi tumbuhan kuantitatif sangat erat kaitannya dengan pendekatan yang bersifat matematik, namun deskripsi dan analisisnya harus mengutamakan makna ekologi daripada pembahasan yang sekedar matematik saja. Makna seperti ini dapat dilakukan apabila vegetasi dilihat sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari ekosistem. Disamping itu, pengungkapan berbagai aspek yang dimiliki oleh suatu vegetasi dilakukan dalam konteks perannya di dalam ekosistem.

Vegetasi dibangun secara hierarki oleh sekumpulan individu tumbuhan. Setiap individu penyusun dikelompokkan berdasarkan sistim identifikasi dan nomenklatur yang berlaku dalam bidang taksonomi. Jadi individu tumbuhan yang menunjukkan karakteristik serupa dikelompokkan menjadi populasi dari suatu spesies. Selanjutnya, dalam luasan yang bervariasi (dari hanya beberapa m2 sampai dengan ratusan km2) pengelompokan tumbuhan oleh sejumlah spesies yang berbeda membentuk suatu komunitas tumbuhan. Dalam komunitas tumbuhan ini, hadir tidaknya suatu spesies merupakan salah satu pokok bahasan penting selain masalah kelimpahan dari suatu spesies.

Sedikitnya terdapat tiga alasan mengapa vegetasi sangat penting dalam konteks ekologi:
1.    Di banyak tempat di dunia, kecuali di padang pasir dan daerah kutub, vegetasi merupakan penampakan yang paling mencolok dan merupakan representasi secara fisik dari suatu ekosistem. Disadari atau tidak, pada saat ahli ekologi mendeskripsikan suatu ekosistem maka yang diungkap adalah tentang karakteristik suatu vegetasi di suatu tempat.

2.    Vegetasi pada umumnya merupakan hasil dari produksi primer, dalam hal ini energi matahari diubah melalui proses fotosintesis menjadi jaringan tumbuhan hijau. Produksi primer netto yang merupakan banyaknya (jumlah) jaringan tumbuhan hijau yang terakumulasi dalam suatu luasan tertentu dalam periode tertentu pula merupakan dasar (basis) dari piramida trofik. Organisme lain dalam jaring-jaring makanan yang bertindak sebagai pemakan dan pengurai tumbuhan sangat bergantung pada keberadaan tumbuhan ini sebagai bahan makanannya.

3.    Vegetasi merupakan habitat bagi mahluk hidup yang tinggal, tumbuh, berkembang dan mati di ekosistem daratan.

Apa yang dipelajari dan mengapa mempelajari vegetasi?

Para ahli ekologi tumbuhan mencoba untuk mengungkapkan tatanan yang ada pada vegetasi. Seperti halnya ahli biologi, kimia dan fisika mendalami bidang mereka sampai tingkat DNA, ikatan hidrogen, dan partikel-partikel subatomik, para ahli ekologi tumbuhanpun mempelajari vegetasi sampai tingkatan yang paling bawah. Nampaknya telah menjadi fitrah manusia untuk selalu ingin mengetahui suatu cerita secara lengkap, mengungkapkan masa lalu, dan memprediksi masa depan. Faktor apakah yang menghubungkan jenis-jenis tumbuhan antara satu dengan lainnya dan juga dengan lingkungannya? Seberapa jauh kelenturan hubungan tersebut, dan bagaimanakah jaringan hubungan tersebut? Bagaimanakah tumbuhan mengatasi masalah penyebaran, germinasi pada tempat yang cocok, kompetisi, dan cara memperoleh energi serta nutrisi? Bagaimanakah mereka sanggup mengatasi kondisi yang tidak menguntungkan seperti kebakaran, banjir dan badai.

Apa yang dapat diungkapkan oleh tumbuhan kepada kita melalui kehadiran mereka, ketahanan, ataupun kelimpahan habitatnya di masa silam, sekarang, dan masa depan. Dapatkah tumbuhan digunakan sebagai alat ilmiah untuk menganalisis seluk beluk lingkungan atau untuk menguji hipotesis mengenai evolusi?dan berapa banyak ternak yang dapat ditopang? Apabila lapisan atas dari tanah hilang karena kegiatan pertambangan, tumbuhan apakah yang harus diintroduksi untuk menstabilkan bentang alam yang telah berubah? Apabila semak belukar disemprot, dibakar dan ditanami kembali sebagai padang rumput, apakah yang akan terjadi dengan kualitas daerah aliran sungai, tingkat nutrisi tanah, dan tingkat 'siltation' disekitar bendungan? Berapa lamakah masa endap dari pestisida dalam tanah dan bagaimanakah dampak sampingannya terhadap organisma bukan target? Berapa banyak penjelajah alam yang dapat menggunakan jalan setapak agar tidak sampai mengubah vegetasi di sekitarnya? Dalam kebakaran atau banjir apakah bencana alam harus terulang dengan frekuensi tertentu untuk menjaga tipe vegetasi tertentu, bagaimanakah kita dapat memadukan bencana yang teratur tersebut ke dalam rencana pengelolaan suaka alam?

Semua pertanyaan di atas, dan banyak lagi, merupakan fokus penelitian para ekolog tumbuhan. Beberapa peneliti lebih tertarik untuk menghasilkan informasi dasar yang berkaitan dengan deskripsi vegetasi atau biologi dari komponen jenis. Peneliti lainnya cenderung untuk menerapkan informasi dasar dalam masalah pengelolaan alam. Ahli ekologi tumbuhan terapan dapat pula disebut sebagai pengelola suaka alam, ahli kehutanan, ataupun ahli agronomi, akan tetapi mereka semuanya adalah pakar ekologi tumbuhan dan mereka semua berbagi kesukaan yang sama dalam mengungkapkan bagaimanakah tumbuhan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tujuan mereka sangat dekat dengan definisi formal dari ekologi: ilmu yang mempelajari tentang mahluk hidup dalam hubungannya dengan lingkungan.

Vegetasi sangat penting untuk dipelajari karena alasan yang mendasar dan praktis. Beberapa contoh pemanfaatan deskripsi vegetasi adalah dalam rangka mengenali dan mendeskripsikan karakteristik masing-masing vegetasi sehingga dapat dibedakan antara satu komunitas dengan komunitas lainnya. Hal ini dipelajari dalam bidang fitososiologi. Disamping itu, deskripsi vegetasi diperlukan dalam pemetaan vegetasi (dan tipe-tipe komunitas yang membentuknya).

Distribusi spesies tumbuhan yang menyusun suatu tipe vegetasi dalam hubungannya dengan berbagai faktor lingkungan sangat penting untuk mengetahui karakteristik dari spesies dan vegetasi ybs. Mempelajari vegetasi dalam konteks habitat berbagai satwa liar merupakan isu yang dewasa ini semakin penting. Vegetasi juga perlu dipelajari dari segi dinamikanya dengan menggunakan konsep suksesi dan klimaks (puncak).

Informasi mengenai vegetasi diperlukan untuk membantu dalam mengatasi masalah ekologi, khususnya:
1.    Untuk tujuan manajemen dan konservasi biologi
2.    Sebagai masukan dalam analisis dampak lingkungan
3.    Untuk memantau praktik pengelolaan lingkungan atau memberikan landasan dalam memprakirakan 
       perubahan yang mungkin terjadi akibat suatu praktik pengelolaan

Mempelajari vegetasi dapat dilakukan untuk tujuan akademik dan praktis (terapan). Dari segi akademik, studi vegetasi cenderung ditujukan untuk memenuhi keingintahuan para ahli di bidang ilmu vegetasi. Namun dewasa ini kebutuhan untuk tujuan terapan semakin dirasakan mengingat permasalahan lingkungan hidup yang semakin serius.

Isolasi dan Identifikasi Mikroorganisme dari Lingkungan

Di alam populasi mikroba tidak terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi terdiri dari campuran berbagai macam sel. Di dalam laboratorium populasi bakteri ini dapat diisolasi menjadi kultur murni yang terdiri dari satu jenis yang dapat dipelajari morfologi, sifat dan kemampuan biokimiawinya. Sehingga diharapkan dapat diidentifikasi dengan mudah, cepat, dan tepat (Galung, 2009).

Penelitian mengenai mikroorganisme dalam berbagai habitat ini memerlukan teknik untuk memisahkan populasi campuran yang rumit, atau yang biasanya dikenal dengan istilah biakan campuran, menjadi spesies yang berbeda- beda yang dikenal dengan istilah biakan murni. Biakan murni tersebut terdiri dari satu populasi sel yang semuanya berasal dari satu sel induk (Pelczar, 1986).

Mikroorganisme dapat diperoleh dari lingkungan air, tanah, udara, suubstrat yang berupa bahan pangan, tanaman dan hewan. Jenis mikroorganismenya dapat berupa bakteri, khamir, kapang dan sebagainya. Populasi dari mikroba yang ada di lingkungan ini sangatlah beraneka ragam sehinga dalam mengisolasi diperlukan beberapa tahap penanaman sehingga berhasil diperoleh koloni yang tunggal. Koloni yang tunggal ini kemudian yang akan diperbanyak untuk suatu tujuan penelitian misalnya untuk menngisolasi DNA mikroba yang dapat mendeteksi mikroba yang telah resisten terhadap suatu antibiotik. Atau untuk mengetahui mikroba yang dipakai untuk bioremediasi holokarbon (Ferdiaz, 1992).

Pemindahan bakteri dari medium lama ke medium yang baru atau yang dikenal dengan istilah inokulasi bakteri ini memerluakn banyak ketelitian. Terlebih dahulu kita harus mengusahakan agar semua alat- alat yang akan digunakan untuk pengerjaan medium dan pengerjaan inokulasi benar- benar steril. Hal ini untuk menghindari terjadinya kkontaminasi, yaitu masuknya mikrooba lain yang tidak diinginkan sehingga biakan yang tumbuh di dalam medium adalah benar- benar biakan murni (Dwidjoseputro, 1990).

Di dalam keadaaan yang sebenarnya dapat dikatakan bahwa tidak ada bakteri yang hidup secara tersendiri terlepas dari spesies yang lainnya. Kerap kali bakteri patogen kedapatan bersama- sama dengan bakteri saprob. Untuk menyendirikan suatu spesies dikenal beberapa cara, yaitu (Dwidjoseputro, 1990):

1. Dengan pengenceran
Cara ini pertama kali dilakukan oleh Lister pada tahun 1865. Ia berhasil memelihara Streptococcus lactis dalampiraan murni yang diisolasi dari sampel susu yang sudah masam. Suatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam- macam spesies diencerkan dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran ini kemudian di ambil kira- kira 1 mL untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 mL untuk disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa koloni yang akan tumbuh dalam mdium tersebut, akan tetapi mungkin juga kita hanya akan memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini dapat kita jadikan biakan murni. Jika kita belum yakin, Bahwa koloni tunggal yang kita peroleh tersebut merupakan koloni yang murni, maka kita dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel.

2. Dengan penuangan
Robert Koch (1843- 1905) mempunyai metode yang lain, yaitu dengan mengambil sedikti sampel campuran bakteri yang mudah diencerkan, dan sampel ini kemudian di sebar di dalam suatu medium yang terbuat dari kaldu dan gelatin encer. Dengan demikian dia memperoleh suatu piaraan adukan. Setelah medium tersebut mengental maka selang beberapa jam kemudian nampaklah koloni- koloni yang masing- masing dapat dianggap murni. Dengan mengulang pekerjaan di atas, maka akhirnya akan diperoleh piaraan murni yang lebih terjamin.
-> Teknik Pengambilan Sampel
Sebelum melakukan isolasi terlebih dahulu dilakukan pengambilan sampel. Berikut merupakan prosedur pengambilan sampel.

1. Sampel tanah
Jika mikroorganisme yang diinginkan kemungkinan berada di dalam tanah, maka cara pengambilannya disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan. Misal jika yang diinginkan mikroorganisma rhizosfer maka sampel diambil dari sekitar perakaran dekat permukaan hingga ujung perakaran. Untuk mikroba yang ada di permukaan tanah dapat dilakukan dengan cara mengambil tanah yang dimaksud, lalu disuspensikan (dicampurkan dengan aquades/diencerkan), dan selanjutnya dilakukan metoda yang sama dengan MPN, atau dapat dengan teknik streak (gores) pada agar datar.

2. Sampel air
Pengambilan sampel air bergantung kepada keadaan air itu sendiri. Jika berasal dari air sungai yang mengalir maka botol dicelupkan miring dengan bibir botol melawan arus air. Bila pengambilan sampel dilakukan pada air yang tenang, botol dapat dicelupkan dengan tali, jika ingin mengambil sampel dari air keran maka sebelumya keran dialirkan dulu beberapa saat dan mulut kran dibakar.

Daftar Pustaka
Dwidjoseputro, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Ferdiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Galung, Firman Santhy. 2009. http://www.firmangalung07.blogspot.com/Teknik Isolasi Mikroorganisme. Diakses pada tanggal 31 Mei 2010. Jatinangor.

Pelczar, Michael J. 1986. Dasar- Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia. Jakarta.