Secara
umum Escherichia coli dan berbagai
bakteri Gram-negatif lainnya memiliki
kelemahan dalam menyekresikan protein yang dihasilkan
secara langsung ke medium pertumbuhan. Hal ini dikarenakan bakteri Gram-negatif
memiliki struktur penyusun dinding sel yang kompleks dibandingkan pada bakteri
Gram-positif. Susunan tersebut meliputi dari dalam keluar, yaitu: (1) membran
dalam, (2) ruang periplasmik, dan (3) membran luar (Gambar 1) (Hueck, 1998).
Protein-protein
yang dihasilkan oleh bakteri Gram-negatif disekresikan dari sitoplasma melalui
membran dalam dan ruang periplasmik untuk kemudian disisipkan ke membran luar.
Sekresi protein ke dalam medium pertumbuhan dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu:
1. Penggunaan
bakteri Gram-positif atau sel eukariot sebagai organisme inang.
Hal ini dikarena keduanya memiliki membran luar yang
tipis sehingga dapat menyekresikan protein langsung ke dalam medium.
2. Menggunakan
manipulasi ekspresi gen untuk membuat bakteri Gram-negatif bisa secara langsung
menyekresikan proteinnya langsung ke dalam medium pertumbuhan (Majander et al., 2005).
Salah
satu manipulasi ekspresi gen yang digunakan pada bakteri Gram-negatif untuk
dapat secara langsung menyekresikan protein yang dihasilkan ke dalam medium
pertumbuhan adalah dengan melakukan modifikasi pada aparatus sekresi flagellar
tipe III. Sekresi flagelar tipe III ini merupakan salah satu jenis type III secretion system (TTSS) yang
secara efisien menyekresikan protein filamen flagellin (FliC), serta komponen
struktural dan regulator flagellum lainnya dari dalam sitoplasma langsung ke
bagian luar tanpa melewati ruang periplasmik secara langsung (Gambar 2). TTSS merupakan sistem sekresi protein
independen dari jalur sekresi protein pada umumnya (the general secretory pathway/ SecA-YEG) pada bakteri (Kuwajima et al., 1989; Majander et al., 2005). TTSS ini dimiliki baik
pada bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang diduga juga diperlukan dalam
proses patogenesis (Karlinsey et al.,
2000).
Hasil
penelitian dari Majander et al.
(2005) menunjukkan bahwa polipeptida yang disekresikan oleh bakteri
Gram-negatif dapat dikeluarkan secara langsung tanpa melalui ruang periplasmik
dengan memodifikasi aparatus sekresi flagelar pada Escherichia coli (Gambar 3). Majander et al. (2005) melakukan modifikasi pada aparatus sekresi flagellar
tipe III untuk menyekresikan polipeptida heterolog ke dalam medium pertumbuhan
dari E.coli. “Sekresi ini dilakukan melalui fusi gen target pengkode protein yang
akan disekresikan dengan fragmen DNA yang tidak ditranslasikan sepanjang 173-pb
sebelah hulu (upstream) gen pengkode
flagellin (5’ UTR) beserta bagian 3’UTR dari gen pengkode flagellin yang
berfungsi sebagai terminator transkripsi dari FliC (gen pengkode flagellin) ke
dalam gen yang mengkodekan polipeptida yang diinginkan.” Protein
flagellin (FliC) ini merupakan salah satu protein yang melimpah di permukaan
dan komponen umum dari flagellum bakteri Gram-negatif, dimana setiap filamen
mampu menghasilkan ±20.000 kopi protein flagelin. Manipulasi ekspresi gen dengan menggunakan gen
pengkode flagelin ini berhasil meningkatkan hasil sekresi protein yang
diinginkan pada medium pertumbuhan mencapai 1 sampai 15 mg/l, dimana pada
penelitian sebelumnya dilaporkan sekresi protein ekstraseluler dari E. coli cukup rendah yaitu sekitar 100
µg/l.
Pada isolat E. coli,
protein FliC memiliki sekuens dan ukuran molekuler yang beragam.
Domain variabel pusat FliC
terekspos pada permukaan filamen, sedangkan domain N-terminal dan C-terminal yang
terlestarikan mengarah ke bagian dalam dan membentuk inti tersembunyi dalam
rongga filamen (Karlinsey et
al., 2000). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa fragmen C-terminal FliC
tidak disekresikan dari sel-sel E.coli,
sedangkan 183-residu fragmen N-terminal FliC bisa ditemukan di dalam medium
pertumbuhan (Majander et al., 2005).
Berdasarkan
temuan tersebut di atas, Majander et al.
(2005) mengujikan fragmen DNA yang mengkode asam amino 183 N-terminal FliCMG1655
(disekresi dari E. coli MKS12) dari
promoter trc dan dari 173-pb 5’-untranslated region (5’UTR) FliC yang memiliki promoter FliC. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa polipeptida FliC1-183 ditemukan dalam sel
tapi tidak dalam medium pertumbuhan E.
coli MKS12 (p183FliCtrc),
sedangkan E. coli MKS12 (p183FliC5’) mampu menyekresikan
polipeptida FliC1-183 ke dalam medium pertumbuhan. Polipeptida
N-terminal yang lebih pendek FliC1-80 dan FliC1-130 secara
efisien disekresikan ketika fragmen gen cocok diekspresikan dari promoter FliC.
N-terminal pada fragmen FliC yang kekurangan C-terminal membutuhkan sekuens
5’-UTR FliC untuk dapat melakukan sekresi dengan efisien (Gambar 4).
MEKANISME SEKRESI
PROTEIN MELALUI TTSS
TTSS
dapat menyekresikan baik protein virulensi dan subunit flagela yang dihasilkan
bakteri yang dalam proses sekresinya memerlukan chaperone sitosol (Bennett and Hughes, 2000). Dalam beberapa
penelitian, sekresi protein dikumpulkan di dalam sel tanpa dibentuknya chaperone dan ini menyebabkan sebagian
protein secara cepat terdegradasi sebelum dikeluarkan ke medium pertumbuhan. Sekresi
protein melalui TTSS memerlukan sinyal sekresi N-terminal non-homolog dari asam amino yang
dihasilkan bakteri untuk membedakan substrat yang akan disekresi melalui sistem
ini. Dalam beberapa penelitian mengenai sekresi protein virulensi yang
dihasilkan bakteri, N-terminal mendapatkan sinyal sekresi dari 5’ mRNA untuk
dapat menyekresikan protein tersebut.
Karena proses transkripsi dan translasi tergabung pada bakteri, diperkirakan proses ini yang menyebabkan
proses translasi mungkin terjadi ketika proses sekresi (Anderson and
Schneewind, 1999).
Banyak cara yang terjadi pada TTSS yang
bertujuan untuk pengenalan substrat yang akan disekresi. Salah satu caranya
adalah dengan sinyal mRNA yang dihasilkan saat sekresi pada tahap co-translasi yang disintesis langsung
ketika akan menyekresikan protein. Cara kedua melibatkan sinyal pengenalan asam
amino yang dimediasi oleh chaperone
untuk sekresi protein (Anderson and Schneewind, 1999). Hasil penelitian Karlinsey
et al. (2000) menunjukkan bahwa kedua
cara tersebut di atas tidak berlangsung secara terpisah, melainkan saling
memengaruhi dan mendukung dalam sekresi protein dengan sistem TTSS dengan
sama-sama menggunakan mRNA dan sinyal sekresi asam amino N-terminal.
Ada
lebih dari 50 gen dalam flagellar dan kemotaksis peregulasi. Gen ini ada dalam
operon dengan 3 promoter yang saat ini diketahui terbagi menjadi 3 kelas, yaitu:
operon kelas 1 (flhC, flhD), operon kelas 2 (flgAMN,
flgBCDEFGHIJK, flhBAE, fliAZY, fliDST, fliE, fliFGHIJK, fliLMNOPQR), dan operon
kelas 3 (flgMN, fliC, fliB, flgKL,
fliDST, fliBA, motABcheAW, tarcheRBYZ, tsr, aer) (Kutsukake et al., 1990). Promoter kelas 1
mentraskripsikan operon induk flagellar, yaitu flhC dan flhD. Protein flhC dan
flhD akan membentuk kompleks heterodimer yang mengatur faktor transkripsi σ70-dependent dari promoter kelas 2. Operon
kelas 2 mengkodekan struktur dan perakitan protein yang dibutuhkan untuk
biosintesis dari struktur penggerak flagellar, yang dikenal dengan sebutan hook-basal body (HBB). Selain protein
HBB, terdapat 2 protein regulator lagi yang ditraskripsi pada promoter kelas 2,
yaitu FlgM dan FliA (σ28). Gen FliA
mengkodekan faktor transkripsi alternatif, yaitu σ28
yang secara khusus diperlukan promoter kelas 3 dalam proses transkripsinya.
Promoter kelas 3 ini berperan dalam mentraskripsikan gen yang menghasilkan
produk yang diperlukan diakhir perakitan flagellar, terutama filamen ekternal
pada flagellar. Protein FlgM/ FliC mengikat σ28
secara langsung untuk mencegah promoter kelas 3 melakukan transkripsi sampai
pembentukan HBB selesai. Setelah HBB selesai dibentuk, FlgM dikeluarkan dari
sel untuk melepas ikatannya terhadap σ28
sehingga kelas 3 dapat melakukan traskripsi. Dengan cara ini, filamen eksternal
(propeller) tidak dibentuk sampai HBB
terbentuk terlebih dahulu. Sejumlah gen flagellar termasuk FlgK, FlgL, FlgM,
FlgN, FliC, FliD, FliS dipengaruhi oleh transkripsi dari promoter kelas 2 dan
kelas 3 (Gambar 5) (Karlinsey et al.,
2000).
TTSS
melakukan proses sekresi protein yang dihasilkan bakteri ke medium pertumbuhan
dengan menggabungkan fungsi mRNA dan sinyal sekresi asam amino. Karlinsey et al. (2000) melakukan penelitian
mengenai mekanisme TTSS ini menggunakan protein FlgM, namun mekanisme ini juga
berlangsung sama untuk protein FliC (fusi
gen target protein yang akan disekresikan dengan fragmen DNA yang tidak
ditranslasikan sepanjang 173-pb sebelah hulu (upstream) gen pengkode flagellin (5’ UTR), dan bagian 3’UTR dari gen
pengkode flagellin yang juga berfungsi sebagai terminator transkripsi dari FliC
(gen pengkode flagellin) ke dalam gen yang mengkodekan polipeptida yang
diinginkan).
Pada
mekanisme sekresi seperti pada Gambar 6, hook-basal
body (HBB) merupakan saluran sekresi protein. Transkripsi kelas 3 pada gen
FlgM/ FliC ditujukkan ke saluran sekresi oleh protein ribosom S1-homolog yaitu
Flk, dimana merupakan tempat co-translasi
berlangsung. Chaperone untuk sekresi
FlgM/ FliC dibentuk akibat adanya sinyal peptida yang dihasilkan oleh
N-terminal, yaitu FlgN yang bekerja sama dengan Flk untuk mengikat FlgM selama
transkripsi kelas 3. Flk dan FlgN memfasilitasi proses translasi FlgM kelas 3
dan proses translasi protein FlgM/ FliC yang akan disekresikan. Hasil
transkripsi FlgM/ FliC kelas 2 ditranslasi di sitoplasma menggunakan subunit
protein ribosom S1. Kemudian FlgM/ FliC di sitoplasma mengikat faktor
transkripsi σ28-dependent untuk menghambat proses
transkripsi sampai terbentuknya HBB. Ketika HBB selesai terbentuk, sinyal
sekresi asam amino akan menyebabkan FlgM/ FliC sitoplasma melepaskan faktor
transkripsi σ28-dependent
sehingga transkripsi dan translasi terjadi, serta HBB menggerakan flagellar
untuk menyekresikan protein FlgM/ FliC beserta protein yang dikodekan oleh gen
yang telah difusikan dengan fragmen DNA yang tidak ditranslasikan sepanjang
173-pb sebelah hulu (upstream) yang
merupakan gen pengkode FlgM/ FliC
(flagellin) keluar sel (ke medium pertumbuhan) (Karlinsey et al., 2000).
DAFTAR PUSTAKA:
1. Anderson, D.M., and Schneewind. (1999). Yersinia
enterocolitica type III secretion: an mRNA signal that couples translation and
secretion of YopQ. Mol. Microbiol.
31, 1139-1148.
2. Bennett, J.C., and
Hughes, C. (2000). From flagellum assembly to virulence: the extended family of
type III export chaperones. Trends Microbiol. 8, 202–204.
3. Focosci, D. (2005). Physiology of Bacteria (ex eubacteria) Domain/ Superkingdom. http://focosci.altervista.org/sitemap.html. Diakses tanggal 17 Februari 2014.
4. Hueck, C.J. (1998). Type III protein
secretion systems in bacterial pathogens of animal and plants. Microbiology and Molecular Biology.
62(2): 379-433.
5. Karlinsey, J.E., Lonner, J., Kit, L.B., and
Kelly, T.H. (2000). Translation/ secretion coupling by type III secretion
systems. Cell. 102, 487-497.
6. Kutsukake, K., Ohya, Y., and Iino, T. (1990).
Transcriptional analysis of the flagellar regulon of Salmonella
typhimurium. J. Bacteriol. 172,
741-747.
7. Kuwajima, G. (1989). Export of an N-terminal
fragment of Escherichia coli flagellin by a flagellum-spesific pathway. Cell Biology. 86, 4953-4957.
8. Macnab, R.M. (2004). Type III flagellar
protein export and flagellar assembly. Biochimica
et biophysica acta, 1694, 207-217.
9. Majander, K., Anton, L., Jenni, A., Hannun,
L., Mirko, B., Timo, K.K., and Benita, W. (2005). Extracellular secretion of
polypeptides using a modified Escherichia coli flagellar secretion apparatus. Nature biotechnology, 23(4), 475-481.
No comments:
Post a Comment