23.4.11

PERAN MIKROBA DALAM PERTUNASAN DAN PERAKARAN


Disusun oleh : Prima Nanda Fauziah dan Ria Yuliyanti 
                           Jurusan Biologi Universitas Padjadjaran
I.      Latar Belakang
Begitu banyaknya petani yang mengeluh di masa sekarang ini, karena berbagai macam persoalan, antara lain, produksi yang terus menurun, tanah tak lagi subur dan begitu mudahnya tanaman terserang hama dan penyakit. Cara umum pak tani mengatasi masalah tersebut biasanya dengan menambah dosis pupuk, dosis insektisida yang akhirnya berujung pada meningkatnya biaya usaha tani.
Mikroba memiliki peran penting dalam kehidupan manusia.  Tanpa kehadiran mereka, dunia penuh dengan limbah.  Berkembangnya ilmu pengetahuan telah membuka wawasan bahwa ternyata peran mikroba tidak hanya mampu merombak limbah menjadi mineral yang dibutuhkan oleh tanaman, tetapi masih banyak peran lainnya (Radit, 2010)
Mikroba yang memiliki peran menguntungkan bagi manusia adalah mikroba pengurai, nitrifikasi, nitrogen, usus, dan penghasil antibiotik.   Mikroba pengurai memiliki kemampuan merombak senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana.  Hasil perombakannya dapat dimanfaatkan oleh mahluk hidup lainnya. Mikroba nitrifikasi memiliki kemampuan untuk merombak senyawa amoniak menjadi nitrat yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan.  Keberadaan senyawa amoniak dalam media budidaya dapat menimbulkan keracunan bagi ikan yang dibudidaya. Aktivitas mikroba nitrogen sangat bermanfaat bagi tanaman.  Mikroba ini mampu mengikat nitrogen langsung dari udara dan mengubahnya menjadi komponen yang dapat diserap oleh akar.  Mikroba ini hidup diantara akar tanaman. Mikroba usus hidup di saluran pencernaan.  Mikroba ini memiliki peran dalam membusukan sisa makanan di dalam usus.  Selain itu, mikroba ini juga memiliki kemampuan untuk menghasilkan vitamin B12 dan K yang memiliki peran pening dalam proses pembekuan darah. Mikroba penghasil antibiotik pertama kali ditemukan oleh Alexander Flaming.  Saat ini telah banyak mikroba yang diketahui memiliki kemampuan untuk memproduksi antibiotik.  Antibiotik merupakan senyawa ini banyak digunakan sebagai bahan untuk mengatasi keberadaan mikroba patogen dan pembusuk (Zay, 2008).

I.      Peran Mikroba Dalam Membantu Perakaran dan Pertunasan
Tanaman dapat menyerap unsur hara melalui akar atau melalui daun. Sebagian besar unsur hara diserap dari dalam tanah, hanya sebagian kecil yaitu unsur C dan O diambil tanaman dari udara melalui stomata. Tanaman menyerap unsur hara dari dalam tanah umumnya dalam bentuk ion (NH4+, NO3-, H2PO4-, Ca2+, dll). Unsur hara tersebut dapat tersedia di sekitar akar tanaman melalui aliran massa, difusi dan intersepsi akar. Sistem perakaran sangat penting dalam penyerapan unsur hara karena sistem perakaran yang baik akan memperpendek jarak yang ditempuh unsur hara untuk mendekati akar tanaman.  Bagi tanaman yang sistem perakarannya kurang berkembang, peran akar dapat ditingkatkan dengan adanya interaksi simbiosis dengan Jamur mikoriza (Douds and Millner, 1999). Selain itu juga menurut Lugtenberg and Kravchenko (1999) mikroba tanah akan berkumpul di dekat perakaran tanaman (rhizosfer) yang menghasilkan eksudat akar dan serpihan tudung akar sebagai sumber makanan mikroba tanah. Bila populasi mikroba di sekitar rhizosfir didominasi oleh mikroba yang menguntungkan tanaman, maka tanaman akan memperoleh manfaat yang besar dengan hadirnya mikroba tersebut.
Tujuan tersebut dapat tercapai hanya apabila kita menginokulasikan mikroba yang bermanfaat sebagai inokulan di sekitar perakaran tanaman. Sebagian besar penyebab kekurangan unsur hara didalam tanah adalah karena jumlah unsur hara (makro) sedikit atau dalam bentuk tidak tersedia yaitu diikat oleh mineral liat atau ion-ion yang terlarut dalam tanah.  Untuk meningkatkan kuantitas unsur hara makro terutama N dapat dilakukan dengan meningkatkan peran mikroba penambat N simbiotik dan non simbiotik. Ketersediaan P dapat ditingkatkan dengan menanfaatkan mikroba pelarut P, karena masalah pertama P adalah sebagian besar P dalam tanah dalam bentuk tidak dapat diambil tanaman atau dalam bentuk mineral anorganik yang sukar larut seperti C32HPO4. Jamur mikoriza dapat pula meningkatkan penyerapan sebagian besar unsur hara makro dan mikro terutama unsur hara immobil yaitu P dan Cu (Sharma, 2002).
Mikroba tanah juga menghasilkan metabolit yang mempunyai efek sebagai zat pengatur tumbuh. Bakteri Azotobacter selain dapat menambat N juga menghasilkan thiamin, riboflavin, nicotin indol acetic acid dan giberelin yang dapat mempercepat perkecambahan bila diaplikasikan pada benih dan merangsang regenerasi bulu-bulu akar sehingga penyerapan unsur hara melalui akar menjadi optimal. Metabolit mikroba yang bersifat antagonis bagi mikroba lainnya seperti antibiotik dapat pula dimanfaatkan untuk menekan mikroba patogen tular tanah disekitar perakaran tanaman. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mikroba tanah melakukan immobilisasi berbagai unsur hara sehingga dapat mengurangi hilangnya unsur hara melalui pencucian. Unsur hara yang diimobilisasi diubah sebagai massa sel mikroba dan akan kembali lagi tersedia untuk tanaman setelah terjadi mineralisasi yaitu apabila mikroba mati (Franser, 2010).
Adapun Mikroba yang berperan dalam pertunasan dan perakaran adalah sebagai berikut:
A.   Bakteri Fotosintetik (Rhodopseudomonas palustris, Rhodobacter sphaeroides)
Bakteri fotosintetik merupakan bakteri yang dapat mengubah bahan organik menjadi asam amino atau zat bioktif dengan bantuan sinar matahari. Bakteri ini adalah mikroorganisme mandiri dan swasembada. Bakteri ini membentuk senyawa-senyawa bermanfaat dari sekresi akar tumbuhan, bahan organik dan gas-gas berbahaya dengan sinar matahari dan panas bumi sebagai sumber energi. Zat-zat bermanfaat yang terbentuk anatara lain, asam amino asam nukleik, zat bioaktif dan gula yang semuanya berfungsi mempercepat pertumbuhan. Hasil metabolisme ini dapat langsung diserap tanaman dan berfungsi sebagai substrat bagi mikroorganisme lain sehingga jumlahnya terus bertambah (Anonim, 2011).

B.    Bakteri Asam Laktat ( Lactobacillus plantarum, Lactobacillus casei, Streptococcus lactis)
Bakteri asam laktat ( Lactobacillus spp. ) dapat mengakibatkan kemandulan ( sterilizer) oleh karena itu bakteri ini dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan; meningkatkan percepatan perombakan bahan organik; menghancurkan bahan organik seperti lignin dan selulosa serta memfermentasikannya tanpa menimbulkan senyawa beracun yang ditimbulkan dari pembusukan bahan organik Bakteri ini dapat menekan pertumbuhan fusarium, yaitu mikroorganime merugikan yang menimbukan penyakit pada lahan/ tanaman yang terus menerus ditanami (Anonim, 2011).
C.    Actinomycetes sebagai Antibiotik (Streptomyces albus, Streptomyces griseus)
Actinomycetes menghasilkan zat-zat anti mikroba dari asam amino yang dihasilkan bakteri fotosintetik. Zat-zat anti mikroba ini menekan pertumbuhan jamur dan bakteri. Actinomycetes hidup berdampingan dengan bakteri fotosintetik bersama-sama menongkatkan mutu lingkungan tanah dengan cara meningkatkan aktivitas anti mikroba tanah (Anonim, 2011).

D.   Cendawan Antagonis ( Trichoderma basiana)
Keunggulan jamur Trichoderma sebagai agensia pengendali hayati dibandingkan dengan jenis fungisida kimia sintetik adalah selain mampu mengendalikan jamur patogen dalam tanah, ternyata juga dapat mendorong adanya fase revitalisasi tanaman. Revitalisasi ini terjadi karena adanya mekanisme interaksi antara tanaman dan agensia aktif dalam memacu hormone pertumbuhan tanaman.

E.     Yeast (Saccharomyces cerevisiae)
Melalui proses fermentasi, ragi menghasilkan senyawa-senyawa bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dari asam amino dan gula yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik atau bahan organik dan akar-akar tanaman. Ragi juga menghasilkan zat-zat bioaktif seperti hormon dan enzim untuk meningkatkan jumlah sel aktif dan perkembangan akar. Sekresi Ragi adalah substrat yang baik bakteri asam laktat dan Actinomycetes.
F.     Bakteri Pemfiksasi Nitrogen (Azotobacter, Azospirillum, Rhizobium)
Azotobacter secara alamiah memfiksasi nitrogen bebas di dalam rizosphir. Azotobacter menggunakan karbon untuk proses metabolismenya dari substansi sederhana atau substansi senyawa dari karbon yang ada di alam. Persamaannya, medium yang digunakan untuk pertumbuhan Azotobacter memerlukan keberadaan nitorgen organik, mikro nutrisi dan garam untuk meningkatkan kemampuan fiksasi nitrogen oleh Azotobacter. Di samping memfiksasi nitrogen, Azotobacter juga menghasilkan Thiomin, Riboflavin, Nicotin, indol acitic acid dan giberalin. Ketika Azotobacter diaplikasikan ke dalam benih, perkecambahan benih diperbaiki ke tingkat yang lebih baik, juga Azotobacter berperan dalam mengontrol penyakit tanaman melalui substansi yang dihasilkan oleh Azotobacter.
Bakteri Azospirillum merupakan mikroba penambat N yang hidup berasosiasi
dengan tanaman di dalam akar. Asosiasi antara Azospirillum dengan akar tanaman
mampu meningkatkan efisiensi pemupukan. Menurut Hastuti dan Gunarto (1993), dalam Dewi (2007) asosiasi antara Azospirillum sp. dengan tanaman diduga bersifat simbiosis karena bakteri itu menggunakan senyawa malat sebagai sumber C untuk pertumbuhannya. Kefalogianni dan Anggelis (2002) dalam Dewi (2007) menambahkan bahwa asosiasi yang bersifat simbiosis antara Azospirillum sp. dengan tumbuhan berlangsung karena bakteri menerima fotosintat dari tumbuhan dan sebaliknya bakteri menyediakan N untuk tumbuhan dari N yang difiksasinya, zat pengatur tumbuh, vitamin, dan unsur besi. Beberapa laporan menunjukkan pengaruh positif inokulasi Azospirillum terhadap pertumbuhan tanaman (Elmerich, 1984; Okon, 1985; Michiels dkk.,1989, dalam Dewi, 2007). Penelitian in vitro menunjukkan bahwa bakteri Azospirillum dapat meningkatkan laju yang tinggi fiksasi N pada kondisi optimum. Kemampuan bakteri untuk bertahan tumbuh dan membentuk koloni pada rizosfer tanaman merupakan kondisi awal minimum yang harus dimiliki dalam potensinya untuk mengikat N.
Bakteri penambat nitrogen yang terdapat didalam akar kacang-kacangan adalah jenis bakteri Rhizobium. Bakteri ini masuk melalui rambut-rambut akar dan menetap dalam akar tersebut dan membentuk bintil pada akar yang bersifat khas pada kacang – kacangan. Belum diketahui sepenuhnya bagaimana rhizobium masuk melalui rambut – rambut akar, terus ke dalam badan akar dan selanjutnya membentuk bintil – bintil akar. Untuk menambat nitrogen, bakteri ini menggunakan enzim nitrogenase, dimana enzim ini akan menambat gas nitrogen di udara dan merubahnya menjadi gas amoniak dan kemudian asetylen menjadi ethylene.
G.   Bakteri Pemfiksasi Fe3+ ( Pseudomonas fluresens)
Salah satu group mikroorganisme yang punya potensi untuk dikembangkan sebagai agen hayati adalah Pseudomonas fluorescens. Bakteri ini juga berperan sebagai pemacu pertumbuhan (Plant growth Promoting Rhizobakteria = PGPR), karena menghasilkan zat pengatur tumbuh (ZPT) dan dapat pula meningkatkan ketersediaan hara melalui produksi asam organic (Linderman and Paulizt, 1985).
H.   Bakteri Pengoksidasi Sulfur (Thiobacillus)
Bakteri pengoksidasi sulfur untuk meningkatkan serapan S.  Bakteri pengoksidasi sulfur seperti Thiobacillus sp. dan Sulfolobus sp. sebagai akseptor elektron yang mengoksidasi sulfur menjadi sulfat. Bakteri pereduksi sulfat dapat mereduksi sulfat pada kondisi anaerob menjadi sulfida, selanjutnya dapat mengendapkan logam-logam toksik sebagai logam sulfida.
I.      Bakteri Pelarut Fosfat ( Bacillus dan Pseudomonas)
Pemanfaatan bakteri pelarut fosfat sebagai salah satu penerapan bioteknologi merupakan suatu alternatif yang sangat potensial untuk dikembangkan dalam mencari pemecahan masalah efektivitas ketersediaan unsur P pada tanah masam. Pelarut fosfat oleh Pseudomonas didahului dengan sekresi asam-asam organik, diantaranya asam sitrat, glutamat, suksinat, laktat, oksalat, glioksilat, malat, fumarat. Hasil sekresi tersebut akan berfungsi sebagai katalisator, pengkelat dan memungkinkan asam-asam organik tersebut membentuk senyawa kompleks denga kationkation Ca2+, Mg2+, Fe2+, dan Al3+ sehingga terjadi pelarutan fosfat menjadi bentuk tersedia yang dapat diserap oleh tanaman (Rao, 1982 dalam Wulandari, 2001).
J.      Bakteri Pereduksi Mangan untuk Mengikat Mn2+
Mangan (Mn) diserap oleh akar sebagai ion Mn2+. Mangan dapat membantu proses pembentukan klorofil dan enzim pada pernapasan.

II.   Cara Membuat Inokulum dan Inokulasinya
3.1 Isolasi dari nodula segar
Akar legum segar yang dikumpulkan dari lapangan dibersihkan dengan air untuk membuang semua tanah dan partikel organik. Dengan menggunakan gunting tang, akar yang terinfeksi nodula dipotong hingga 2-3 mm setiap bagian dari nodula, utuh dan tidak rusak. Lalu mencelupkannya selama 10 detik ke dalam etanol 95% atau isopropanol dipindahkan ke larutan sodium hypoklorit 2.5 – 3% (v/v) atau clorox 1 : 1 (v/v) dan rendam selama 4-5 menit. Nodula dihancurkan dalam pipa steril dengan tangkai gelas steril dan air yang steril. Slurry ditambahkan air dan kemudian piring berisi lapisan pada permukaan YMA (Yeast Manitol Agar) berisi congo red. Cawan petri yang berisi inokulan diinkubasi pada suhu 25-280C selama 3 sampai 10 hari, bergantung pada strain dan penampakan koloni yang spesifik. Koloni rhizobia adalah mucoid, bundar/bulat dan menunjukkan sedikit atau tidak ada absorpsi congo red. Isolat dari koloni rhizobia tunggal kemudian dimurnikan dan disebut sebagai Rhizobium melalui demonstrasi kemampuan bentuk nodula pada percobaan legum tanaman inangh dibawah kondisi bakteriologis yang terkontrol.
Metode lain adalah isolasi menggunakan jarum. Metode jarum ini terutama berguna apabila nodula segar dipanen berukuran 2 mm atau berdiameter besar. Nodula pertama kali dicuci menggunakan air, kemudian masukkan ke dalam alkohol dan dipegang menggunakan gunting tang dan lewatkan ke dalam api. Permukaan akan steril, nodule diletakkan ke dalam kertas saring steril (2x2 cm) dalam cawan petridis.Setiap kertas saring berlaku untuk satu jarum.
3.2 Produksi Inokulan Rhizobium
1. Persiapan Media tumbuh “Air Kaldu”
Rhizobia relatif mudah untuk ditumbuhkan dalam medium liquid. Sejak rhizobia tidak berkompetisi dengan mikroorganisme lain, sangat penting untuk mensterilkan semua bejana tumbuh dan medium sebaik mungkin untuk meyakinkan inokulasi dengan starter rhizobia dibawa lingkungan yang steril. Hal ini dapat dipengaruhi oleh medium kultur, strains rhizobia, temperatur dan aerasi. Rhizobia merupakan bakteri aerobik dan memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi inokulan rhizobia memerlukan aerasi 5 -10 liter air untuk 1 liter medium dalam 1 jam. Temperatur optimum untuk pertumbuhan rhizobia sekitar 28 – 300C. Medium mensuplai energi, nitrogen, mineral garam tertentu dan faktor tumbuh. Medium Yeast Manitol (YM) yang umum digunakan dalam kultur air kaldu rhizobia.
Komposisinya adalah sebagai berikut :
Bahan-bahan
g l-1
KH2PO4
0.5
MgSO4. 7 H2O
0.1
NaCl
0.2
Manitol
10.0
Yeast Extract
0.5
Air destilasi
1.000 l


CHEMICAL

PURPOSE/NUTRIENT
AMT/LITER
d-mannitol
Carbon source, Energy
10 gms
K2HPO4
Phosphate, Potassium
0.5 gms
MgSO4.7H2O
Magnesium, Sulfur
0.1 gms
NaCl Sodium,
Chlorine
0.2 gms
FeCl3.6H2O
Iron
0.02 gms
Molybdic Acid
Molybdenum
0.002 gms
CaCO3
Calcium
10 gms
Ditambah dengan air hingga satu liter
Ada juga yang menambahkan ekstrak ragi digunakan untuk suplement pertumbuhan bagi rhizobia. Alternatif lain adalah tepung segar dapat digunakan. International Cente for Agricultural Research in Dry Areas (ICARDA) menyarankan beberapa komposisi umum media.
Bahan-bahan
Komposisi menurut : (g l-1)

Waksman
1928
Van Schreven
1963

Date 1976

Manitol
10.0
-
10.0
Sukrosa
-
15.0
-
K2PO4
0.5
0.5
0.5
K3PO4
-
-
-
KH2PO4
-
-
-
MgSO4. 7H2O
0.2
0.2
0.2
NaCl

0.1
-
0.2
CaCO3

3.0
2.0
-
Ca SO4.2H2O

-
-
-
FeCl.6H2O

-
-
0,1
Air Ragi(Yeast Water)
100.0
100.0
100.0
Ekstrak ragi (Yeast
Extract)
-
-
-
Minyak Parafin
-
0,5

(NH4)2HPO4
-
-
-
Air
900
900
900

Untuk memproduksi “kultur air kaldu”, tempat atau bejana dalam berbagai ukuran sering digunakan. Bejana diisi dengan media 1/3 sampai 2/3 dan disterilisasi pada autoclave. Kultur starter liquid diinokulasikan pada bejana dengan rasio 1-3 % (v/v) dari media. Waktu yang diperlukan untuk tumbuh rhizobia berada pada kisaran 3-7 hari, bergantung pada daya tumbuh strains rhizobia tersebut. Selama pertumbuhan rhizobia dalam starter dan kultur air kaldu sangat penting untuk melihat kontaminan dan mengontrol kepadatan rhizobia.
2. Produksi Carier Steril- Dasar Inokulan
Produksi memerlukan carrier/pembawa steril yang lengkap dalam paket steril. Cara sederhana adalah mencampurkan carier steril dengan kultur baketri liquid. Sterilisasi pendahuluan pada kantung pembawa/carier adalah dengan menyuntikkan zat aseptik pada kultur dengan jarum steril. Untuk produksi dalam skala besar , auto syringe” (automatic dispensing machine) bisa digunakan. Area tusukan harus didesinfeksi dengan etanol. Lubang bekas suntikan kemudian segera ditutup dengan label perekat. Kelembaban akhir dari inokulan seharusnya sekitar 45-50%. Setelah injeksi kantung yang berisi carier seharusnya 45-50%. Setelah penyuntikan, paket yang berisi carier harus ditempatkan pada temperatur dan area yang dikontrol tepat untuk membiarkan sel bakteri tumbuh mencapai populasi maksimum. Inokulan siap digunakan setelah 2 minggu. Ciri koloni bakteri Rhizobium :Putih bening, mengkilat, menonjol, tepian rata. Kontaminan (Agrobacterium) : warna merah

3. Teknik Inokulasi Rhizobium
Inokulum berisi bakteria yang harus senantiasa dijaga tetap hidup. Setiap paket yang berisi inokulum pada umumnya memiliki tanggal kadaluarsa. Setelah tanggal ini, bakteria tidak hidup dan inokulum seharusnya tidak diunakan lagi. Periode panas yang pendek dapat menurunkan jumlah Rhizobia yang hidup, paket yang berisi inokulum seharusnya disimpan di tempat dingin dan terhindar sinar matahari langsung. Penyimpanan yang lebih disukai oleh inokulum adalam dalam lemari es (tetapi bukan dalam freezer). Bakteri hidup bisa ditambahkan pada tanah ((direct-soil application)) atau diaplikasikan ke benih (seed-applied inoculant).
Syarat-syarat inokulan rhizobium :
Pembawa/carrier : gambut yang dinetralkan dg CaCO3 lolos saringan 200 mesh.
Dikemas dalam plastik polietilen 0,05 mm
Disterilisasi dengan sinar gama dosis 5,0 x 106 rads.
Rhizobium dikulturkan dlm kaldu yeast manitol dg kepadatan 500 x 106 rhizobium  hidup/ml.
Kelembaban carrier 45 – 60 %.
Diinkubasi 26oC selama 2 minggu.
Disimpan dlm ruang suhu 4oC
Standar Rhizobium pd inokulan 108 -109 sel hidup/g media
3.3 Aplikasi ke tanah (Direct-soil application)
Bentuk granular dari inokulum dapat ditempatkan dalam barisan benih melalui kotak insektisida atau melalui pupuk atau kotak benih (bersihkan kotak/box sebelum inokulum ditempatkan di dalamnya). Granul akan mengalir secara bebas melalui peralatan penanaman dan pengaliran inokulum ini sebaiknya dikalibrasi dan diukur. Konsentrasi liquid kultur inokulum yang dibekukan mungkin ditambah air agar mencair, kemudian tambahkan air ke dalam tangki untuk aplikasi penyemprotan ke dalam barisan benih. Inokulan sebaiknya tidak dicampur dengan pestisida atau pupuk jika  diaplikasikan ke dalam barisan benih. Ketika benih tumbuh menjadi legum, dapat direkomendasikan bahwa pupuk dapat diaplikasikan sebagian. Aplikasi inokulan langsung ke dalam tanah sangat efektif. Bagaimanapun, permukaan terbesar menjadi tertutup oleh inokulan memerlukan material yang lebih banyak. Hal ini terutama pada kasus ketika barisan kedelai ditanam terbatas. Akhirnya metode ini lebih mahal dibandingkan dengan inokulasi pada benih.
3.4 Aplikasi ke Benih (Seed-applied inoculant)
Inokulum yang akan dicampurkan ke dalam benih sebelum ditanam tersedia dalam bercam-macam carier/pembawa ; carier/pembawa yang umum adalah “peat”. (sejenis bahan organik). “Peat” menyediakan carier lebih baik dibandingkan carier lainnya melindungi kehidupan bakteria dibawah kondisi lingkungan yang tidak baik (tempertaur tinggi, keterlambatan penanaman).
Ketika benih diinokulsi, dua kondisi yang harus dijaga untuk memperoleh nodulasi yang baik : (1) akar harus kontak dengan bakteri Rhizobia dan (2) Rhizobia harus dalam kondisi hidup dan dapat menginfeksi akar tanaman. Agar bakteria dapat kontak dengan akar tanaman, inokulum harus menutupi masing-masing benih. Untuk mencapai distribusi terbaik, inokulum seharusnya dicampurkan dengan benih dalam jumlah besar dibandingkan dismpan dalam kotak benih –menutupi lantai - dalam bak. Gunakan bahan perekat (“sticker”) yang dapat membantu inokulan agar melekat pada masing-masing benih. Hal ini penting terutama pada benih legum yang sangat kecil, yang memerlukan lebih banyak inokulan per unit benih-area permukaan.

Contoh
Pengaruh Inokulan dan Penggunaan Perekat pada Nodulasi Akar Kedelai
Treatment                                                   Nodules per plant
Source: University of Kentucky.
No inoculants                                                              0
Inoculant, no sticker                                                   0.8
Inoculant, plus commercial                                         2.7
sticker
Inoculant, plus sugar sticker                                       2.7

Hal ini menunjukkan keuntungan dalam jumlah nodula yang dibentuk dengan menggunakan perekat selama proses inokulasi. Baik komersial dan perekat yang dibuat sendiri adalah cukup efektif. Perekat buatan sendiri dapat disediakan dengan pengenceran 1 -10 sirup atau molases, pengenceran cola atau susu dapat juga digunakan. Mencampurkan benih dan perekat secukupnya hanya untuk melembabkan semua benih. Terlalu cair dapat mengakibatakan perkecambahan yang prematur pada benih. Untuk melembabkan benih tambahkan inokulan pada lapisan benih. Pengeringan udara dengan menghamparkan benih pada kondisi teduh. Pengeringan bisa dipercepat dengan menambahkan tambahan “peat” beralaskan inokulan atau batu kapur halus. Benih harus kering pada saat ditanam. Benih seharusnya sesegera mungkin ditanam setelah inokulasi sebab bakteria mulai mti pada proses pengeringan. Jika tidak ditanam dalam waktu 24 jam, inokulasi kembali.
Pre-inokulasi benih. Salah satu metode preinokulasi yang umum digunakan (1) meresapi (impregnation) Rhizobia dengan proses vakum atau (2) dibuat pil dengan batu kapur halus. Tipe pil dari preinokulasi benih adalah umumnya lebih disukai pada penelitian dasar dan menunjukkan bahwa bakteria hidup lebih lama pada benih pil dan tipe preinokulasi benih menghasilan formasi jumlah nodula yang lebih banyak. Preinokulasi benih seharusnya ditangani dengan cara yang sama seperti halnya paket inokulum. Beberapa tindakan pencegahan dapat menjamin hasil yang lebih baik. Mengecek kembali tanggal kadaluarsa pada kantong benih, penyimpanan dan tsimpan benih jangan dibawah sinar matahari langsung dan hindari panas dan tanam sesegera mungkin . Jika bakteria dipastikan dalm kondisi mati, inokulasi kembali benih. Jika airatau larutan perekat menyebabkan kandungan asam pada benih pil menjadi gum up, gunakan mineral oil (0.5 to 1.0 of oil per lb. of seed) untuk melekatkan inokulum baru pada benih.

Daftar Pustaka
Anonim. 2008. Bakteri Fotosintetik. http://hobiikan.blogspot.com/2008/08/lactobaccilus-bakteri-fotosintetik.html. Diakses 26 Maret 2011.
Anonim. 2011. Teknologi EM-4, Dimensi Baru Dalam Pertanian Modern. http://www. dyahkurnia.student.umm.ac.id/download-as.../student_blog_article_26.doc. Diakses 26 Maret 2011.
Dewi, A.I.R. 2007. Fiksasi N Biologis Pada Ekosistem Tropis. Jurusan Ilmu Tanaman Universitas Padjadjaran. Bandung
Franser. 2010. Peranan Mikroba Tanah Dalam Siklus Unsur Hara Dalam Tanah. http://franser88.blogspot.com/2010/10/peranan-mikroba-tanah-dalam-siklus.html. Diakses 26 Maret 2011.
Radit. 2010. Peranan Mikroba.  http://eafrianto.wordpress.com/2009/11/29/peranan-mikroba/. Diakses 26 Maret 2011.
Wulandari, S. 2001. Efektivitas Bakteri Pelarut Fosfat Pseudomonas sp. Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Pada Tanah Podsolik Merah Kuning. Laboratorium Biologi FKIP UNRI. Jurnal Natur Indonesia 4 (1): (2001)

No comments: